Cerita Lajang di Usia Matang

---------------------------------------------------------------------

Teringat cita-cita semasa SMA dulu ketika kami bercanda saling melempar pertanyaan. “Kamu mau nikah di umur berapa?” Saya ingat rata-rata jawaban mereka tidak ingin menikah di atas 25 tahun dan saat itu saya sepertinya sudah maju bahwa menikah di atas umur 25 juga tidak apa-apa. Saya pribadi menjawab 28-30 tahun dan beberapa dari mereka mengerinyitkan wajah dan berkata “awas entar kelolosan.” Obrolan-obrolan itu kemudian menjadi memori lama menemani saya memasuki gerbang 30 tahun.

MALIOBORO JOGJA/DOC PRIBADI

Fase usia 30 tahun memang dikatakan sudah sangat mentang secara mental maupun fisik untuk memulai sebuah keluarga, menurut saya pribadi. Saya merasa bahagia ketika mendengar kabar teman, saudara, kerabat yang menikah pada rentang usia ini. Saya merasakan pertimbangan-pertimbangan yang mereka ambil sebelum menentukan komitmen pastilah cukup matang. Bahkan di Korea saat ini menikah di usia empat puluh tahun menjadi tren. Anyway, setiap orang menjemput takdirnya dengan caranya sendiri.

Jika diamati usia tiga puluh tahun saya mulai mendengar, beberapa kawan, keluarga terdekat hingga rekan kerja mulai melempar jokes tentang status lajang. “yaooq kapan ini? Cepetan! Kita ndak sabar mau datang begawe.” “Hei kapaan? Besok-besok ajaa.” Yang gimana sich yang dicariq? Kamu mungkin dak mau ya yang biasa-biasa. Lesbi yaa? Hingga kesusahan menemukan karena dosa dan sebagainya. Apa kaitannya? Saya juga tidak mengerti.

Mereka juga cenderung membanggakan perempuan yang menjadi incaran banyak pria dengan alasan klasik wajarlah dia kan cantik, dia kan berseragam, dia kan lembut beserta patokan standar-standar lainnya. Seolah pilihan terbaik untuk pendamping hidup jatuh sesuai dengan pandangan mereka. Semuanya hanya tentang pikiran mereka dengan segala asumsi-asumsinya. 

Merespon dari candaan atau komen tersebut memang sedikit menyebalkan. Terkadang dengan nada rendah saya menjawab “Iya memang belum ketemu yang pas.” Namun ada juga yang masih tertawa saat saya bercerita belum menikah. Entahlah makna tawa itu seperti apa, hanya dia yang mengerti. Saya terlalu malas untuk ambil pusing. Rasa kasihan dan ejekan dari mereka keluar karena menganggap lajang di usia matang memang terlihat sangat memperihatinkan.

Apakah mereka mengetahui atau memahami lajang di usia matang itu memiliki privilege. Saya tidak tahu apakah mereka benar-benar menyadarinya. Posisi lajang merupakan posisi aman tanpa beban tanggung jawab besar karena sebagian waktu teralokasi untuk memikirkan diri sendiri. Waktu bersama diri sendiri itu sangat membahagiakan dan berharga dan setelah menikah, waktu itu pasti akan sangat kita dirindukan.

Lajang di usia matang tidak  sesedih yang mereka pikirkan. Status lajang ini membuat saya merasa begitu bebas. Waktu, kesempatan, tanggung jawab, ruang gerak dll. Jujur momen-momen berkomunikasi dengan mereka justru membantu saya mengenal status lajang  secara lebih baik dan saya menemukan banyak sekali hal yang membuat saya patut bahagia dan bersyukur.

Seiring bertambahnya tahun saya yakin status lajang yang saya sandang saat ini akan menjadi obyek empuk candaan atau kekhawatiran bagi sebagian mereka yang menurut saya tumbuh dengan pikiran-pikiran terbatas yang hanya melihat bahwa pernikahan adalah jaminan mutlak perempuan untuk menjadi bahagia padahal ceritanya tidak selalu demikian. Banyak cerita lain yang bisa didengar dan dipelajari.

Anyway komentar-komentar miring society dengan status lajang usia matang memang di luar kontrol kita. Semoga kalian yang lajang di usia matang semakin sadar bahwa pikiran dan komen mereka tidak mengurangi values kita sebagai seorang perempuan yang memang tidak sembarang memilih patner hidup. Apapun itu status lajang merupakan sebuah proses panjang yang harus dilalui dengan segala kurang dan lebihnya dan itu akan menjadi bekal penting untuk sebelum bertemu dengan Mr. Right.

Melalui tulisan ini saya berdoa apapun status kalian hari ini entah itu single, janda, duda, istri, suami, semoga kalian menemukan cara untuk berbahagia. Paling tidak kalian lakukan demi diri kalian sendiri. 

Post a Comment

0 Comments