---------------------------------------------------------------------
Teringat
cita-cita semasa SMA dulu ketika kami bercanda saling melempar pertanyaan. “Kamu
mau nikah di umur berapa?” Saya ingat rata-rata jawaban mereka tidak ingin
menikah di atas 25 tahun dan saat itu saya sepertinya sudah maju bahwa menikah
di atas umur 25 juga tidak apa-apa. Saya pribadi menjawab 28-30 tahun dan
beberapa dari mereka mengerinyitkan wajah dan berkata “awas entar kelolosan.”
Obrolan-obrolan itu kemudian menjadi memori lama menemani saya memasuki gerbang
30 tahun.
MALIOBORO JOGJA/DOC PRIBADI |
Fase usia 30 tahun memang
dikatakan sudah sangat mentang secara mental maupun fisik untuk memulai sebuah
keluarga, menurut saya pribadi. Saya merasa bahagia ketika mendengar kabar
teman, saudara, kerabat yang menikah pada rentang usia ini. Saya merasakan
pertimbangan-pertimbangan yang mereka ambil sebelum menentukan komitmen
pastilah cukup matang. Bahkan di Korea saat ini menikah di usia empat puluh tahun menjadi tren.
Anyway, setiap orang menjemput takdirnya dengan caranya sendiri.
Jika diamati usia tiga puluh tahun saya
mulai mendengar, beberapa kawan, keluarga terdekat hingga rekan kerja mulai
melempar jokes tentang status lajang. “yaooq kapan ini? Cepetan! Kita
ndak sabar mau datang begawe.” “Hei kapaan? Besok-besok ajaa.” Yang gimana sich
yang dicariq? Kamu mungkin dak mau ya yang biasa-biasa. Lesbi yaa? Hingga
kesusahan menemukan karena dosa dan sebagainya. Apa kaitannya? Saya juga tidak mengerti.
Mereka juga cenderung
membanggakan perempuan yang menjadi incaran banyak pria dengan alasan klasik
wajarlah dia kan cantik, dia kan berseragam, dia kan lembut beserta patokan standar-standar
lainnya. Seolah pilihan terbaik untuk pendamping hidup jatuh sesuai dengan
pandangan mereka. Semuanya hanya tentang pikiran mereka dengan segala asumsi-asumsinya.
Merespon dari candaan atau komen tersebut memang sedikit menyebalkan. Terkadang dengan nada rendah saya menjawab “Iya memang
belum ketemu yang pas.” Namun ada juga yang masih tertawa saat saya bercerita belum
menikah. Entahlah makna tawa itu seperti apa, hanya dia yang mengerti. Saya terlalu malas untuk ambil pusing. Rasa
kasihan dan ejekan dari mereka keluar karena menganggap lajang di usia matang memang terlihat
sangat memperihatinkan.
Apakah mereka mengetahui atau
memahami lajang di usia matang itu memiliki privilege. Saya tidak
tahu apakah mereka benar-benar menyadarinya. Posisi lajang merupakan posisi
aman tanpa beban tanggung jawab besar karena sebagian waktu teralokasi untuk memikirkan
diri sendiri. Waktu bersama diri sendiri itu sangat membahagiakan dan berharga
dan setelah menikah, waktu itu pasti akan sangat kita dirindukan.
Lajang di usia matang tidak sesedih yang mereka pikirkan. Status lajang ini membuat saya merasa begitu bebas. Waktu, kesempatan, tanggung jawab, ruang gerak dll. Jujur momen-momen berkomunikasi dengan mereka justru membantu saya mengenal status lajang secara lebih baik dan saya menemukan banyak sekali hal yang membuat saya patut bahagia dan bersyukur.
Seiring bertambahnya
tahun saya yakin status lajang yang saya sandang saat ini akan menjadi obyek empuk candaan atau kekhawatiran bagi sebagian mereka yang menurut saya tumbuh
dengan pikiran-pikiran terbatas yang hanya melihat bahwa pernikahan adalah
jaminan mutlak perempuan untuk menjadi bahagia padahal ceritanya tidak selalu
demikian. Banyak cerita lain yang bisa didengar dan dipelajari.
Anyway komentar-komentar
miring society dengan status lajang usia matang memang di luar kontrol
kita. Semoga kalian yang lajang di usia matang semakin sadar bahwa pikiran dan
komen mereka tidak mengurangi values kita sebagai seorang perempuan
yang memang tidak sembarang memilih patner hidup. Apapun itu status lajang merupakan sebuah proses panjang yang harus dilalui dengan segala kurang dan lebihnya dan itu akan menjadi bekal penting untuk sebelum bertemu dengan Mr. Right.
Melalui tulisan ini saya berdoa apapun status kalian hari ini entah itu single, janda, duda, istri, suami, semoga kalian menemukan cara untuk berbahagia. Paling tidak kalian lakukan demi diri kalian sendiri.
0 Comments