Sudah
sejak lama ingin sekali datang ke tempat ini. Salah satu alasan terbesar untuk
berkunjung ke Jogjakarta. Alhamdulillah qabul dan sampailah saya ke Mangunan,
Imogiri, Bantul diantar oleh seorang kakak yang saya kenal lima tahun
belakangan ini. Selain informasi dari teman yang pernah belajar di UGM, dia
adalah salah satu informan favorit ketika bercerita tentang tempat ini.
Tampak depan Bumi Langit Resto |
Bumi Langit Resto memang cukup terkenal di negeri +62 kalangan aktivis, budayawan, selebritis hingga menarik hati presiden Amerika ke-44 Barrack Husein Obama. Beliau menghabiskan uang sekitar empat juta rupiah untuk makan bersama kedua belas orang timnya saat datang sekitar enam tahun lalu.
Doc: Google |
Bumi
Langit Resto juga dikenal menyajikan makanan nikmat dibungkus dengan filosofi
hebat antara relasi mendalam anatra alam dan manusia. Apa yang kita makan
sangat mempengaruhi pola prilaku kita manusia. Dalam Islam pun sangat
menekankan demikian. Tentu saja bukan hanya bicara kenyang namun bagaimana
makanan tersebut bisa menjadi berkah bagi para penyantapnya.
Mengusung Green Concept, Bumi Langit berusaha semaksimal mungkin memakai cara-cara organik dan ramah lingkungan terhadap bahan-bahan hasil dari perkebunan mereka. Warung Bumi atau Bumi Langit Resto menjadi muara akhir produk-produk yang diolah Pak Iskandar dan tim untuk dipasarkan. Roti, selai, teh, madu, kopi, minuman fermentasi (kombutcha dan kefir), dan lain-lain terdisplay rapi di atas meja kasir.
Menempuh perjalanan sekitar satu jam dari kota Jogja. Perasaan hati cukup cerah siang itu, tidak ada rasa sedikitpun walaupun semalam kondisi badan tidak bersahabat. Sesampai di pintu masuk papan imut nan beratap mungil itu seolah tersenyum manis sembari mengucap "Bumi Langit." Di dalam hati bergumam "oh sudah sampai, ini dia". Sepanjang menuju parkiran bola mata saya sibuk memperhatikan setiap sudut tempat ini, mulai dari Rumah Joglo, pohon-pohon rindang, karyawan yang lalu lalang, Musholla di atas bukit, meja-kursi hingga rasa penasaran untuk melihat wajah pak Iskandar Waoruntu secara langsung yang disebut sebut setiap pagi sering melantunkan adzan di kebunnya.
Setelah
melepas sendal dan menaruh tas di tempat duduk saya memperhatikan Pak Iskandar yang
sedang duduk di seberang meja, beliau terlihat berbincang asyik dengan salah
seorang tamu. "Tuh pak Iskandar” ucapnya ringan." Namun sejak
tadi saya sudah cukup lama memperhatikan beliau, memakai kaos abu lembut saat
itu beliau terlihat masih gagah di usia kepala enam. Sepintas bak wajah-wajah
turis Italia. Ya beliau memang belesteran alias campuran Indo-Inggris,
ulasannya tentang dia berseliweran di beberapa media online nusantara. Walaupun
tidak sempat menyapa tapi melihat beliau dari jauh cukup mengobati rasa
penasaran yang sejak lama terpendam.
Fokus saya kemudian beralih kepada makanan yang akan dipesan. Setelah minum air putih dan mengambil beberapa kudapan tradisional Jawa saya duduk tenang sambil membaca buku menu. Pilihannya cukup variatif dan di sela-sela obrolan kami membahas Nasi Goreng Kecombrang yang dipesan presiden Obama dulu. Berbeda dengan Obama saya bukan pecinta Kecombrang atau dalam bahasa Sasak kami menyebutnya Kekicang. Pesanan saya kala itu Nasi Goreng Ayam dan es Buah Markisa Madu (saya beri nilai 100 enaaak sekali). Tidak menunggu lama pesanan kami datang.
Masuk
dimulut bumbunya terasa enak namun tidak nendang seperti makanan yang biasa saya
santap maklum kerasnya micin, penyedap, pemanis buatan dan teman-temannya tidak
berlaku di dapur Bumi Langit. Bukan bermaksud mengeluh malah sangat bersyukur
kepada Tuhan bisa memberikan saya kesempatan untuk datang, belajar dan
mencicipi langsung makanan hasil olahan langsung dari kebun pak Is.
Berkah alam dalam sajian makan siang kala itu akan membawa kenangan manis ketika mengingat Jogjakarta. Sehat-sehat pak Is walaupun kita tidak saling mengenal secara personal namun apa yang anda kerjakan menjadi contoh teladan yang baik untuk kehidupan sesama. Termasuk saya yang terus tumbuh dan berproses. Terima kasih, Insyallah saya akan Kembali untuk kedua bahkan kesekian kalinya.
0 Comments